Kalah Menang Tetap Menang
Oleh : Ika Romika Mawaddati
Ika85_romik@yahoo.com
Mahasiswa Tarbiyah FAI UMM
Lahirnya manusia ke dunia merupakan hasil kompetisi, dari beribu-ribu sperma yang menyerang sell telur. Dari kompetisi itulah, hanya satu pemenang yang berhak membuahi sel telur. Hingga terlahir manusia-manusia tangguh sebagai pemenang tersebut. Itulah manusia, ditakdirkan untuk mengisi hidupya dalam kompetisi dan berlomba dengan lainya.
Jika melihat proses kejadian manusia, sperma yang kalah kompetisi harus menerima dengan legowo tanpa mengalami depresi. Dengan suka rela, mereka menyerahkan hak sepenuhnya kepada the winner untuk membuahi sel telur. Bayangkan, jika sperma-sperma yang kalah tidak legowo apa yang terjadi. Mungkin the winner tidak akan mampu menghasilkan manusia-manusia tangguh, karena rongrongan sperma-sperma yang kalah. Namun, demi keberhasilan dan kebaikan mereka menerima kekalahan dengan legow, ihklas dan besar hati.
Setelah lahir di dunia, manusia dituntut untuk terus berkompetisi, misalkan dalam hal pendidikan. Dimana, untuk mendapatkan sekolah impian, mereka harus berkompetisi dengan lainya. Pendidik pun harus berkompetisi dengan lainya jika ingin menjadi pegawai negeri. Bahkan, menjadi penjaga sekolah, juga harus berlomba.Tidak hanya itu, untuk mencari pasangan hidup, juga harus berkompetisi..
Sehingga, jika mau berfikir tiada keberhasilan tanpa kompetisi. Itulah manusia, Makhluq yang digariskan untuk berkompetisi. Tiada hidup tanpa kompetisi. Akhir-akhir ini, yang marak adalah kompetisi menjadi pemimpin negeri, mulai anggota dewan hingga pimpinan tertinggi. . Berbagai cara dan media, digunakan untuk meraih kemenangan tersebut. Beribu-ribu bahkan berjuta-juta rupiah, dikeluarkan untuk memenangkan kompetisi tersebut.
Melihat fenomena tersebut, dapat diambil pelajaran betapa rakyat Indonesia mulai mau bersungguh-sungguh dalam kompetisi. Tanpa kesungguhan, tidak akan ada keberhasilan. Namun, dari semua kompetisi yang terjadi, paling mendasar dan wajib dipahami adalah hakekat dari kompetisi tersebut. Kompetisi merupakan penyeleksian untuk mendapatkan yang terbaik, pantas dan mampu menempati posisi yang sesuai. Sehingga, menjadi suatu kewajaran. Jika, dalam kompetisi ada yang kalah dan menang demi, mendapatkan yang terbaik dan terpantas.
Itulah sebabnya mengapa setiap kompetitor hendaknya menyadari, menyiapkan diri, sejak dini untuk menerima setiap keadaan dengan legowo. Entah kalah atau menang tetap legowo. Bagi yang menang jangan terlalu senang hingga lupa daratan. Bagi yang kalah, jangan terlalu merana hingga hendak meninggalkan dunia. Dalam berkompetisi, hendaklah menjadi ajang dalam belajar membesarkan jiwa dan memperkaya hati. Jika menang, bagimana menahan diri dari kesombongan, kesenangan berlebihan serta tetap rendah hati. Sedangkan bagi yang kalah, bagaimana mengajarkan jiwa tetap tabah, serta menumbuhkan semangat, optmis untuk berusaha menjadi yang terbaik.
Terpentig dari semua adalah, bagaimana mengajari jiwa untuk lapang dada, tenang dan tabah dalam setiap keadaan. Dan manyakini bahwa yang terjadi adalah yang terbaik yang digariskan Tuhan. Dengan begitu, semakin sering mengikuti kompetisi, manusia menjadi semakin kaya jiwa dan dewasa. Bagaimana menjadikan diri sebagai pemenang dalam setiap keadaan. Kalah dan menang tetap menang.
Melihat fenomena saat ini, masih banyak manusia yang salah memahami kompetisi. Mayoritas menganggap bahwa kemenangan dalam kompetisi adalah yang juara pertama. Apabila kalah, habislah dunia. Sehingga, tidak jarang kita menemukan kompetitor depresi berat, stress bahkan gila karena kalah.
Mulai detik ini, mari kita rubah main side kita tentang kompetisi. Jangan menganggap dunia kiamat ketika kalah. Harus ditanamkan kalah bukan akhir segalanya. Tanamkan bahwa kalah saat ini, merupakan langkah menuju kemenangan berikutnya. Jadikan kompetisi sebagai sarana melatih, memperkaya jiwa dan hati.
Pesan sederhana bagi pelajar yang berkompetisi dalm Ujian Nasional, jadikan Ujian sebagai sarana menguji kemampuan dan hasil belajar selama tiga tahun bagi SMP dan SMA atau enam tahun bagi SD, ujian bukanlah segala-galanya tiada guna lulus ujian jika dengan cara yang tidak sewajarnya. Gagal itu lumrah, yang tidak lumrah apabila gagal dan merasa paling bodoh sedunia. Berhasil itu hebat, tapi paling hebat jika gagal, lalu bangkit menyongsong kemenangan selanjutnya. Jadilah pemenang dalam setiap kesempatan. Menang bukan yang juara, menang adalah yang kaya jiwanya legowo menerima keadaan. Itulah pemenang sebenarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar