Minggu, 22 Maret 2009

tugas tekpend

Tugas Tekhnologi Pembelajaran Tarbiyah 2006

I. A Teori Belajar Kognitif

Dalam perspektif psikologis kognitif, belajar pada dasarnya adalah peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral (yang bersifat jasmaniah) meskipun hal-hal bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam hampir setiap peristiwa belajar. Secara lahiriyah seorang anak yang sedang belajar membaca atau menulis, misalnya tentu menggunakan perangkat jasmaniyah (dalam hal ini mulut dan tangan) untuk mengucapkan kata dan menggoreskan pena. Akan tetapi menulis dan membaca tersebut, bukan semata-mata karena respon atau stimulus yang ada, melainkan yang lebih penting adalah karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya Menurut aliran kognitif, setiap siswa lahir dengan bakat dan kemampuan mental yang menjadi basis kegiatan belajar. Faktor bawaan ini memungkinkan siswa untuk menentukan merespon atau tidak terhadap stimulus, sehingga belajar tidak bersifat otomatis seperti robot.(Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan : 2008)

Teori Belajar Kognitif menurut Piaget

Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu : (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational. Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi. James Atherton (2005) menyebutkan bahwa asisimilasi adalah “the process by which a person takes material into their mind from the environment, which may mean changing the evidence of their senses to make it fit” dan akomodasi adalah “the difference made to one’s mind or concepts by the process of assimilation”

Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :

  1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.

  2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.

  3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.

  4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.

  5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

I. B. Teori Rekaman Suara Digital.

Proses perekaman digital secara mekanik jauh lebih sederhana, tetapi sangat banyak melibatkan elektrinika. Signal masukan (input) dikopi 1000 kali/detik dan setiap potongan akustik masing-masing diberikan angka digitalnya sendiri, yang berisikan nomor 0 dan 1. secara teori " Analog to digital" (ADC)/ perubahn analog ke digital menerima masukan (input) analog dan merubahnya menjadi sekelompok angka dan perubahanya, " Digital to Analog converter " (DAC)/perubahan digital ke analog melakukan proses sebaliknya.

Sampling Rate (tingkat pengkopian), atau berapa banyak suara dipotong dalam satu detik adalah faktor utama pada berapa baik sebuah suara dapat melalui proses digitalisasi. CD di kopi (sampled) pada 44,1 K atau 44.100 kali/detik, dan itu menjadi standart industri. Beberapa format menawarkan 48 K sampling, DAC dan ADC tidak menghasilkan sesuatu yang sama persis, dan perbedaan mesin-mesin ini tergantung pada konsistennya teori angka 0 dan 1.Mesin kaset/ tape digital menggunakan pemindahan mekanik dan kaset/tape plastik sebagai sebuah media penyimpanan informasi digital.

Alesis adat dan tascam DA 88 adalah contoh banyak jalur ( multi tracks) digital yang tidak terlalu mahal. Cara lain yang dapat diterima adalah perekam hard disk. Beberapa diantaranya memakai komputer dengan software sebagai pengontrol yang canggih, seperti Digi-design dan soundscafe, sementara yang lainya memberikan kotak tempat hard disck untuk menyimpanya, seperti emu darwin vestax dan akai. Dengan merekam digital secara acak ini, ukuran hard disck membatasi jumlah lama waktu perekaman. Pencarian menjadi sangat cepat, begitu pula perubahan (editing). Ketika cara ini dipadukan dengan komputer sebagai penghubungnya, anda mendapatkan sebuah pengolah kata (word processor) yang tangguh untuk musik. Siapapun yang menggunakan sebuah Mac atu Windows pada sebuah PC, tahu bagaimana cara menyeret dan mengklik dengan mouse dan ituah dasar bagaimana memanipulasi sebuah file suara ( sound file)

  1. Apa yang dimaksud dengan Multiple Inteligence Gardner ?

    Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence) by Howard Gardner Kecerdasan Anak tidak hanya terpaku pada Anak yang jago berhitung, nilai Matematikanya selalu 10 ataupun anak yang selalu menjadi juara kelas. Coba deh kita pikir secara logis, Tuhan saja menciptakan mahluknya terutama manusia yang diberkahi akal & pikiran dengan kemampuan yang berbeda-beda. Perbedaan inilah yang membuat seorang Howard Gardner menyadari bahwa dalam diri setiap individu punya kecerdasan yang berbeda-beda.Lewat bukunya HYPERLINK "http://wechubbyfamily.blogspot.com/2009/03/kecerdasan-majemuk-multiple.html" Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences, Howard Gardner mengemukakan menyatakan bahwa selama ini kita cenderung mempersepsikan kecerdasan terlalu sempit, yaitu mengarah pada IQ. Padahal manusia mempunyai bermacam kecerdasan yang sering kali terabaikan oleh diri kita sendiri. Dalam HYPERLINK "http://wechubbyfamily.blogspot.com/2009/03/kecerdasan-majemuk-multiple.html" Teori Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences Theory) ada 9 jenis kecerdasan manusia, yaitu:

1. Kecerdasan Linguistik.
Merupakan kemampuan menggunakan kata, baik itu verbal maupun tulisan, termasuk keahlian berbahasa. Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh para orator, penulis dan penyiar dll.


2.Kecerdasan Matematis Logis.
Kemampuan menggunakan angka, penalaran, hubungan sebab-akibat dan hubungan logis suatu peristiwa. Biasanya dimiliki oleh ahli matematika ,bankir, ekonimi dll.
3.Kecerdasan Spasial.
Kemampuan untuk mempersepsi & mentransformasikan dunia spasial-visual, berupa kepekaan terhadap warna, garis, bentuk, ruang & hubungan yang terjadi di dalamnya. Kecerdasan Spasial ini biasanya dimiliki oleh sutradara, desainer, seniman, pelukis dsb.


4. Kecerdasan Kinestetis Jasmani.


Meliputi kemampuan fisik, baik itu kecepatan, kelenturan, kekuatan, dll. Jelas, bahwa kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh atlet, penari, dsb.


5. Kecerdasan Musikal
Dari namanya pun, sudah bisa tertebak, bahwa ini merupakan kecerdasan yang meliputi kepekaan irama, melodi, ataupun warna suara. Kecerdasan ini tentu dimiliki oleh penyanyi, komposer, pemain musik dll.
6. Kecerdasan Interpersonal.
Kepekaan terhadap ekspresi wajah, suara, gerak-isyarat serta kemampuan membedakan aneka tanda interpersonal & menanggapinya secara efektif. Kecerdasan Interpersonal ini biasanya dimiliki oleh politisi, psikologi, psikiater, guru , pekerja sosial.
  1. Kecerdasan Intrapersonal.
Merupakan kecerdasan untuk memahami diri sendiri & bertindak sesuai pemahaman tersebut, termasuk juga kecerdasan untuk menghargai diri sendiri. Termasuk didalamnya adalah psikolog, spiritualis, penulis, dll
  1. Kecerdasan Naturalis.
Kecerdasan mengenali benda-benda fisik & fenomena alam. Biasanya kecerdasan naturalis ini dimiliki oleh ahli biologi, pecinta alam, aktivis lingkungan
  1. Kecerdasan Eksistensial
Keahlian pada berbagai masalah pokok kehidupan dan eksistensial manusia
Mencakup pemahaman terhadap pengalaman dalam kehidupanya. Kecerdasan ini sebagian besar dimiliki filosof, spiritualis, ilmuwan seniman.dsb.






Sabtu, 14 Maret 2009

MY OPINION

Bukan Janji Tapi Bukti
Tahun 2009 Indonesia kembali mengadakan acara besar, diharapkan acara tersebut mampu membawa Indonesia menjadi negara besar. Itulah Pemilu. Berbagai cara dilakukan partai-partai dan kandidat-kandidat mereka untuk mengambil hati rakyat supaya memilih mereka. Dengan jurus obral janji yang mereka sampaikan kepada rakyat. Sampai-sampai janji-janji yang besar dan terkesan muluk-muluk juga dilontarkan. Ibarat seorang kekasih mengobral janji pada kekasihnya ketika pertama kali bercinta.
Sepertinya janji memang senjata ampuh untuk mengambil hati seseorang. Padahal, yang paling ampuh untuk memikat hati seseorang sebenarnya bukan cuma janji tapi bukti. Sehingga langsung bisa dinikmati. Beberapa janji yang disampaikan ketika kampanye memang. Misalkan saja santunan yang mereka berikan kepada rakyat tidak mampu. Kunjungan ke pelosok-pelosok daerah. Namun sayang, ketika mereka telah terpilih dan menduduki posisi strategis dalam kancah perpolitikan negeri, lupa dengan janji-janji yang telah terlontar.
Seharusnya para elit politik memahami dampak buruk dari janji-janji kosong mereka. Yaitu hilangnya rasa percaya, simpati, respek dan panghargaan masyarakat kepada mereka. Akhirnya banyak diantara masyarakat yang tidak perduli lagi dengan even-even pemilihan umum. Banyak diantara mereka tidak mau ambil pusing kancah perpolitikan. Masyarakat menganggap cuma digunakan batu loncatan untuk kesuksesan pribadi. Hal tersebut terbukti dengan bannyaknya golput di kalangan masyarakat. Apalagi dengan banyaknya pemilihan lain selain pemilu: Pilkada, Pilgub dan pil-pil yang lain.
Sudah pasti setiap calon menggunakan senjata sama, yaitu obral janji tanpa bukti. Janji-janji itulah yang akhirnya merusak kepercayaan masyarakat. Dari berbagai survey sejumlah lembaga nasional, menemukan bahwa umat sudah mulai apatis dan apriori alias tidak perduli terhadap elit penguasa baik yang duduk di legislatif, eksekutif dan yudikatif. Tingkat kepercayaan mereka terhadap institusi partai begitu rendah.” Setelah pemilu 2004 terjadi penurunan hingga 2007,” ungkap pakar politik UGM Pratikno. Menurut Pratikno, hal tersebut berdasarkan survei yang dilakukan Asia Barometer. Hasil survei menunjukkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap partai politik mengalami penurunan dari 8 persen di tahun 2004, menjadi 5,8 persen di tahun 2007 ( Detik.com, 18/12/2007).
Disadur dari buletin AL-ISLAM edisi 40/Tahun XV bahwa angka golput dalam berbagai Pilkada di berbagai daerah rata-rata cukup tinggi. Golput bahkan sering menjadi ” pemenang” Pilkada. Pilkada Jawa Barat, misalnya, hanya diikuti 65% rakyat. Berarti Golput 35%, mengalahkan pasangan pemenang Pilgub Jabar yang 26%. Menurut lembaga survei Indonesia, jumlah golput dalam Pilgub Sumatera Utara sekitar 41%. Dalam Pilgub DKI Jakarta, yang golput 39,2%. Nilai tersebut setara dengan 2,25 juta orang pemilih. Padahal gubernur terpilih Fauzi Bowo hanya dipilih oleh 2 juta pemilih ( 35,1%). Untuk Pilgub Jawa tengah angka golput mendekati 50%. Di tempat lain juga angka golput uga tinggi: Kalsel (40%), Sumbar ( 37%), Jambi ( 34% ) dan Banten 40 %. Jejak pendapat Kompas menggambarkan: 8,5% dari responden menganggap kinerja DPR buruk; 84% mengatakan DPR tidak serius mengawasi kerja pemerintah, 52,5% UU produk DPR tidak memihak kepada rakyat ( Kompas, 10/3/2008).
Dari data tersebut jelas, jika banyak rakyat yang sudah tidak perduli terhadap pesta demokrasi di Indonesia. Kalau difikir apa gunanya jika memenangkan pemilihan jika banyak yang tidak milih artinya, secara tidak langsung menjadi pimpinan yang tidak dikehendaki oleh rakyatnya. Diantara penyebabnya adalah banyaknya janji-janji terlontar tanpa bukti yang terrealisasikan. Jangan jadikan rakyat batu loncatan menuju kesuksesan perseorangan. Elit politik harus segera mengubah strategi untuk memenangkan Pemilu, jangan obral janji tapi obral bukti.
Oleh : Ika Romika Mawaddati
Mahasiswa Tarbiyah
Universitas Muhammadiyah Malang

soal TTS

My Friends ... Dont forget to read my questions...carefully to fiil my crossword oke?



Down:
2. Surat kesembilan dalam Al-qur'an
4. Nyawa
6. Dapat dipercaya
7. Saran
10. Arti iqro'
11. Orang yang dalam perjalanan
12. Teledor
15. Dusta


Across:
1. Samudera
3. Ibu kota Pakistan
5. Kitab Nabi Musa
8. Nabi terakhir
9. Tengkurap
10. Lawan timur
11. Ibu kota NTB
13. Tempat jual beli

tugas teka teki silang


ayoo temen-temen isi TTS ku

if you SMART i believe its to easy for you

Kamis, 12 Maret 2009

rumusan tujuan

Ika Romika Mawaddati
Tujuan saya mengikuti perkuliahan tekhnologi pembelajaran adalah:
1) mengikuti perkuliahan yang telah ditentukan fakultas tarbiyah. sehingga, dengan mengikuti perkuliahan ini saya dapat menyelesaikan seluruh rangkaian mata kuliah yang harus ditempuh untuk mendapatkan gelar Sarjana pendidikan.
2) sebagai manusia yang GAPTEK saya tertantang untuk mengikuti perkuliahan dengan sebaik-beiknya.
3) kuliah tekhnologi pembelajaran ini sebagai sarana bagi saya untuk menjadi guru yang selalu inovatif dan menyenangkan.
Saya berharap bapak lebih telaten dengan mahasiswi seperti saya yang GAPTEK.

Senin, 09 Maret 2009

MAHASISWA DAN KEPEMIMPINAN BANGSA


Ika Romika*

Ir. Sukarno pernah berkata: “Berikan saya 10 orang pemuda, akan saya ubah dunia”. Dalam pepatah arab juga dikatakan “syubbanul yaum rijaalul ghod (pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan”. Atau ada juga istilah lain yang mengatakan bahwa pemuda adalah tombak perjuangan bangsa.

Beberapa ungkapan tersebut sama-sama menunjukkan bahwa ternyata pemuda mempunyai peranan penting dalam memperjuangkan bangsa. Pemuda adalah generasi masa depan yang dengan tangannya diharapkan dapat mengubah bangsa menuju bangsa yang bermoral dan beradab serta bangsa yang mempunyai peradapan maju.

Mahasiswa merupakan salah satu dari bagian pemuda tersebut. Oleh karena itu mahasiswa sebagai orang yang tertinggi jenjang pendidikannya diharapkan dapat menjadi agent of social change (agen perubahan social) di tengah-tengah masyarakat.

Apalagi jika melihat kondisi masyarakat saat ini yang semakin terpuruk, baik aspek moral, ekonomi, politik, pendidikan dan social. Maka, mahasiswa mempunyai tanggung jawab yang lebih berat dalam perbaikan kondisi masyarakat Indonesia ke depan. Bapak Prof. Malik Fajar juga mengatakan di UMM DOME pada acara pembukaan PESMABA 2007, mahasiswa dididik oleh Universitas untuk menjadi tenaga ahli, calon pemimpin dan sumber kekuatan untuk membangun peradaban masa depan.

Oleh karena itu, seharusnya bagi seorang mahasiswa untuk lebih meningkatkan kinerjanya dalam menjalankan tugasnya sebagai mahasiswa. Dalam artian bahwa mahasiswa tidak hanya belajar di dalam kelas. Namun, bagaimana dia bisa belajar melalui lingkungan dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan keorganisasian. Baik yang intra kampus maupun yang ekstra kampus.

Kenapa harus aktif dalam organisasi?. Perlu disadari bersama bahwa materi yang kita dapat di kelas paling hanya 25 persen. Itu pun tidak mencakup seluruh aspek yang dibutuhkan di dalam masyarakat. Seperti, bagaimana mengatur dan memenej sesuatu dengan baik. Ilmu seperti ini hanya bisa didapat melalui kreativitas kita dalam berbagai macam kegiatan yang diselenggarakan di luar kelas.

Selain itu, kita sebagai mahasiswa juga perlu sadar bahwa menuntut ilmu itu tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Di mana dan kapan pun kita bias belajar, baik melalui kegiatan-kegiatan seperti seminar, diskusi, organisasi atau pun lingkungan kita.

Kesadaran akan hal ini sudah mulai merosot di kalangan mahasiswa. Sehingga tidak jarang ditemukan mahasiswa yang hanyan kuliah, habis kuliah langsung nangkring di jalan. Ada juga yang habis kuliah langsung pulang dan tidur-tiduran di kos, nonton TV dan lain sebagainya.

Beberapa kriteria tersebut tak layak untuk dilakukan oleh seorang mahasiwa yang benar-benar mau belajar dan ingin memperbaiki keadaan masyarakat bangsa. Bagaimana bisa memperbaiki masyarakat sedangkan dirinya belum baik?.

Dan yang perlu dilakukan oleh kita adalah bagaimana kita sekarang bisa introspeksi diri demi perjuangan bamngsa ke depan. Kekurangan yang pernah kita lakukan di masa lalu, kita perbaiki demi hari yang cerah di masa yang akan datang.

Khusus, untuk mahasiswa baru (MABA), ingat pesan orang tua yang telah merelakan kepergian Anda untuk menuntut ilmu. Renungkan sedalam-dalamnya apa pesan orang tua kepada Anda sebelum Anda beranjak dari rumah.

Semangat barumu adalah harapan bangsa. Langkah kakimu adalah perjuangan. Belajarmu adalah bekal. Jadikan setiap detik langkahmu sebagai bukti perhatianmu terhadap kondisi bangsa yang kian murat-marit. Karena Anda adalah pemimpin masa depan yang akan memperbaiki peradaban bangsa.

Menjadi Mahasiswa ideal

Sebagai generasi penerus bangsa, idealnya seorang mahassiswa dapat memberikan sesuatu yang terbaik untuk diri sendiri, orang tua, kampus dan Negara. Tentunya untuk menjadi mahasiswa yang baik dan bias memberikan manfaat kepada diri, orang tua dan kampus serta bangsa, maka seharusnya dia berusaha semaksimal mungkin untuk menuju itu.

Maka satu hal yang sangat penting dalam perjalanan seorang mahasiswa untuk bias menjadi mahasiswa yang baik serta dapat mengabdi kepada agama, masyarakat dan bangsa, yaitu hendaknya adanya kesadaran yang mendalam dirinya, bahwa dia adalah harapan agama, masayrakat dan bangsa.

Kesadaran tersebut tentunya tidak dapat muncul dengan sendirinya, walaupun bias, kemungkinannnya sangat kecil sekali. Nah, untuk menimbulkan kesadaran tersebut, maka kita harus mengetahui terlebih dahulu beberapa hal yang dapat mempengaruhi kondisi seseorang, yaitu fakor heriditas (keturunan) dan factor lingkungan.

Untuk itu, maka hendaknya seorang mahasiswa khususnya MABA mencari lingkungan yang baik, mulai dari memilih kost dan teman pergaulan sehari-hari. Sebab semua itu akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangannya.

Dengan memilih lingkungan yang baik, maka secarra tidak langsung akan timbul kesadaran yang baik pula dalam dirinya. Baik itu dengan aktif di berbagai organisasi, aktif membaca dan meulis. Karena dengan bekal inilah dia akan dapat mengabdi kepada agama, masyarakat dan bangsa ketika telah lulus dari perguruan tinggi.

*MUHAMMAD RAJAB,

Kabid LITBANG Forum Studi Islam Fakultas Agama Islam